Selasa, 10 Juli 2012

intisari abhidhamma


Intisari abhidhamma pitaka
a.       Pengertian abhidhamma dan pembabaran abhidhamma
Pada umumnya umat Buddha sering mendengar perkataan abhidhamma. Namun, pelajaran abhidhamma sendiri terasa “jauh” bagi sebagian umat Buddha. Banyak umat Buddha yang tidak memahami ajaran abhidhamma. Didalam abhidhamma, segala sesuatu dianalisis secara teliti dan digunakan istilah-istilah yang abstrak, seperti kelompok kehidupan ( khanda ), unsure (dhatu), landasan ( ayatana).
Abhidhamma yang merupakan istilah pali ini sesungguhnya terdiri atas dua kata yaitu, “abhi” yang berarti halus atau tinggi dan “dhamma” yang berarti kebenaran atau pelajaran dari sang Buddha. Jadi, abhidhamma sebagai (istilah pali) berarti ajaran tertinggi atau luhur dari sang budha.  Sebagai ajaran tertinggi Abhidhamma memungkinkan seseorang untuk mencapai pembebasan mutlak dari semua bentuk penderitaan, karena Abhidhamma berguna untuk mengembangkan pandangan terang (Vipassana bhavana). Tetapi tidak pula dikatakan bahwa Abhidhamma mutlak atau sangat perlu untuk mencapai kebebasan, pengertian dan pencapaian kebebasan semata-mata tergantung pada diri sendiri. Dikatakan bahwa Empat Kesunyataan Mulia yang merupakan landasan ajaran Sang Buddha terdapat dalam diri masing-masing manusia. Dhamma tidak terlepas dari diri manusia sendiri; manusia perlu mencari ke dalam diri mereka sendiri dan kebenaran akan tampak.
Sebagai ajaran tertinggi abhidhamma juga melebihi ajaran yanga terdapat pada suta pitaka dan vinaya pitaka. Dalam sutta pitaka dan vinaya pitaka, sang Buddha menggunakan istilah – istilah konvensional seperti manusia, binatang, benda-bend, dan sebagainya. Didalam sutta pitaka wacana (kotbah-kotbah) di uraikan dengan cara yang lebih sederhana dan bersifat menerangkan. Sebaliknya, dalam abhidhamma pitaka, segala sesuatu dianalisis secara teliti dan digunakan istilah-istilah yang abstrak seperti kelompok kehidupan (khanda) unsure (dhatu), dan landasan (ayatana).
Didalam sutta banyak mengenai peraturan dan pembahasan. Didalam sering dibicarakan tentang individu, orang, saya, kamu, diri, bahkan kelahiran kembali. Diri, dan sebagainya  seorang yang disebut individu itu benar benar ada. Akan tetapi, abhidhamma membicarakan realitas (paramattha dhamma ). Yaitu fenomena kejiwaan atau fisik, walaupun hanya dalam kurun waktu yang sebentar yang muncul dan lenyap setiap saat. Dalam pengertiam mutlak tiada sesuatu yang dinamakan “aku”, kecuali hanya proses muncul dan lenyap bersyarat yang selalu berubah.
Abhidhamma menyatakan bahwa tubuh manusia dari kalpa – kalpa (satuan – satuan kelompok ) tiap kalpa merupakan satu kumpulan yang dibentuk oleh empat unsure alam yang disebut dhatu dan beberapa turunanya. Keempat dhatu disebut maha bhuta. Keempat maha bhuta ini ada, baik didalam  jasmani atau diluar tubuh manusia dan saling berinteraksi terus menerus.  

b.      Isi abhidhamma
Abhidamma pitaka merupakan salah satu bagian dari kitab suci tipitaka/tripitaka. Abhidhamma pitaka beserta vinaya pitaka dan sutta pitaka mulai ditulis diatas daun-daun lontar dalam bahasa pali dalam huruf Sinhala pada konsili atau sangha samaya yang keempat, yaitu pada sekitar empat ratus tahun setelah sang Buddha gotama mangkat dan mencapai parinibhana, tepatnya pada tahun 143 sebelum masehi. Walapun demikian, kitap suci abhidamma pitaka ini dapat dijamin keotentikannya karena ditulis oleh para bhikkhu yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian. Orang suci atau ariya pugala tentu telah menembus dhamma dan telah sempurna tingkah lakunya. Dengan demikian, mereka tidak mungkin mempunyai niat untuk menyelewengkan ajaran sang Buddha. Jadi, ajaran yang ditulis oleh para siswa sang Buddha tentu sesuai dengan ajaran yang telah dibabarkan oleh sang Buddha.
Kita sebagai umat Buddha tentu senantiasa berpedoman pada kitab suci tipitaka/tripitaka. Untuk itu, kita seyogyanya mempelajari, menghayati, dan mempraktekkan ajaran-ajaran yang termuat dalam kitab suci tipitaka/tripitaka itu dengan sungguh-sungguh, termasuk abhidhamma pitaka yang merupakan bagian ketiga dari kitab suci tersebut.
Tujuh kitab abhidhamma pitaka
Abhidhamma pitaka berisi urain mengenai uraian filsafat, metafisika, dan ilmu jiwa Buddha dhamma. Abhidhamma pitaka terdiri dari 42.000 dhammakkhandha atau pokok dhamma dan dibagi menjadi tujuh kitab. Yaitu :
1.      kitab Dhammasangani yang secara harafiah berarti penggolongan Dhamma yang terbagi dalam empat bab ,berisikan penguraiaan paramattha dhamma yaitu etika /sari batin.
2.      kitab Vibhanga menguraikan tentang pemilahan paramatha Dhamma yang terdapat dalam Dhammasangani dan terdiri dari delapan belas bab.
3.      kitab Dhatukatha menguraikan tentang pemaparan unsur-unsur yang terdiri dari empat belas bab.
4.      kitab Puggalapañatti menguraikan tentang penjelasan berbagai jenis orang yang terdiri dari 10 bab.
5.      kitab Kathavathu menguraikan tentang pokok-pokok pertentangan dalam bentuk tanya jawab yang terdiri dari dua puluh tiga bab.
6.      Yamaka menguraikan pemaparan paramatha dhamma secara berpasangan yang terdiri dari sepuluh bab.
7.      Pathana menguraikan tentang duapuluh empat ketergantungan ( paccaya ).


a.      Dhamma Sangani
Kitab tentang perincian paramatha dhamma yang terbagi dalam empat bab sebagai berikut;
1.Cittupada kanda, berisikan tentag kesadaran dan satuan-satuan yang menyertainya (cetasika)
2.Rupa kanda, menguraikan tentang jasmani (materi/rupa)
3.Nikkhepa kanda, berisi ringkasan
4.Atthuddhara karida, menguraikan tentang penjelasan pandangan singkat mengenai bab-bab terdahulu.

Buku ini menjelaskan pula tentang 22 tikamatika (kelompok 3) dan 100 duka matika (kelompok 2) yang berisikan tentang intisari dari abhidhamma. Sebagian besar menguraikan tentang tiga yang pertama dari kelompok tiga yaitu tentang kusala dhamma, akusala dhamma, dan abhyakatha dhamma. Kitab ini tercakup didalamnya 13 bhanavana (1 bhanavara = 250 syair, 1 syair = 4 baris, 1 baris = 8 huruf dewanagari, maka 1 bhanavara terdiri dari 8000 huruf dewanagari). Oleh sebab itu buku ini terdiri kurang lebih 104.000 huruf dewanagari.
Untuk mengetahui secara garis besar bila kita tinjau dari bab per bab adalah sebagai berikut:
1.Cittii padakanda (kesadaran dan satuan-satuan yang menyertainya)
Bab ini menguraikan beberapa hal sebagai berikut:
1.            Kesadaran yang menyenangkan/menyehatkan
2.            Kesadaran yang tidak menyenangkan/tidak menyehatkan
3.            Keadaan-keadaan karmis netral
1.            Rupa kanda(kejasmanian)
Bab ini merupakan satu tambahan dari bagian tiga yang berurusan dengan keadaan-keadaan yang netral. Seperti contoh ; berkenaan dengan semua keadaan yang netral, dan tidak hanya mengenai kejasmanian sebagai berikut: ”fenomena manakah karmis yang netral ? akibat-akibat karma yang tergolong pada lingkungan materi halus dan pada lingkungan tanpa materi atau pada lokuttara yang terdiri dari perasaan, pencerapan indra, dll, lebih jauh fungsi-fungsi kirya yang karmis netral...... lebih jauh. Semua rupa maupun unsur yang tak tercipta (nibbana) semua barang-barang ini adalah karmis netral. Semua rupa adalah empar unsur primer yang fisikal dan fenomena fisikal sekunder yang diturunkan daripada primer".
Hal yang berkenaan dengan semua rupa dan uraian terpisah kejasmanian. Uraian masalah kejasmanian ini diuraikan dalam judul tunggal sampai sebelas judul.
1.            Nikkhepakanda (ringkasan)
Bab ini berisikan suatu penjelasan lengkap dari istilah-istilah dalam abhidhamma dan sutta dan disusun dengan rencana-rencana itu dimulai dengan penjelasan abhidhamma sebagai berikut:
Fenomena manakah adalah karmis yang menyehatkan (kusala) ? Tiga akar dari karma yang menyehatkan (kusala hetu) adalah : tanpa keserakahan, tanpa kebencian, dan tanpa kekhayalan dan bentuk-bentuk batin yang mengikuti, lebih jauh semua karma badaniah, ucapan dan batin yang berakar dari ketiga hal tersebut. Tiga akar dari karma yang tidak menyehatkan meliputi Fenomena yang netral meliputi. Disusul dengan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena yang disertai perasaan gembira dll.
1.            Atthuddhara kanda (pandangan singkat)
Bab ini juga sering dikenal dengan bab penjelasan singkat, dalam bab ini hanya berkaitan dengan penjelasan abhidhamma tetapi lebih ringkas. Contoh; fenomena manakah adalah karma menyehatkan ?. Semua yang menyehatkan dalam empat tingkat kesadaran. Fenomena manakah yang karma tidak menyehatkan dua belas kesadaran yang tidak menyehatkan.
b.      Vibhanga
terdiri dari satu seri dari 18 risalat, atau vibhanga semuanya lengkap dalam diri mereka sendiri dan tidak tergantung pada yang lainnya. Tiap risalat biasanya terdiri dari 3 bagian: penjelasan secara sutta, penjelasan secara abhidhamma, dan satu bagian Tanya jawab. 3 risalat pertamanya vibhanga dalam satu ukuran tertentu adalah merupakan satu tambahan pada dhammasanghani, sekalian merupakan satu fondasi untuk dhatu katha. Tiga risalat itu sementara tertuju pada satu penyelidikan dari tiga golongan yang terpenting untuk mendapatkan pengertian sejati dari pada falsafah Buddhis, yaitu :
15 kelompok daripada kehidupan (khanda)
12 landasan (ayatana)
18 unsur psyco fisikal (dhatu), sehubungan dengan tiga aspek mana di dalam dhatu katha semua fenomena dari kehidupan dihubungkan dan dihubungkan. Disamping itu tiga golongan tersebut membentuk pokok-pokok dari 3 bab pertama dari yamaka, sedangkan di dalam puggala pannati 3 golongan itu mendahului daftar dari isinya (matika), Banyak pasal-pasal di dalam vibhanga juga terdapat dalam patisambhidamagga dari kbuddaka nikaya, ia mempunyai rupa yang sama, baik dalam isinya maupun dalam susunannya dan kedua buku itu sering ditunjukkan dan dikutip di dalam visudhi magga.
c.       Dhatukatha
d.      Puggalapañatti
e.       Kathavathu
f.       Yamaka
g.      Pathana
Paramattha dhamma.

1 komentar:

  1. saya tertarik dengan ajaran sang buddha,dimana saya bisa dapatkan kitab2 itu

    BalasHapus