Intisari
abhidhamma pitaka
a. Pengertian
abhidhamma dan pembabaran abhidhamma
Pada umumnya umat Buddha sering mendengar perkataan
abhidhamma. Namun, pelajaran abhidhamma sendiri terasa “jauh” bagi sebagian
umat Buddha. Banyak umat Buddha yang tidak memahami ajaran abhidhamma. Didalam
abhidhamma, segala sesuatu dianalisis secara teliti dan digunakan
istilah-istilah yang abstrak, seperti kelompok kehidupan ( khanda ), unsure
(dhatu), landasan ( ayatana).
Abhidhamma yang merupakan istilah pali ini
sesungguhnya terdiri atas dua kata yaitu, “abhi” yang berarti halus atau tinggi
dan “dhamma” yang berarti kebenaran atau pelajaran dari sang Buddha. Jadi,
abhidhamma sebagai (istilah pali) berarti ajaran tertinggi atau luhur dari sang
budha. Sebagai ajaran tertinggi Abhidhamma
memungkinkan seseorang untuk mencapai pembebasan mutlak dari semua bentuk
penderitaan, karena Abhidhamma berguna untuk mengembangkan pandangan terang
(Vipassana bhavana). Tetapi tidak pula dikatakan bahwa Abhidhamma mutlak atau
sangat perlu untuk mencapai kebebasan, pengertian dan pencapaian kebebasan
semata-mata tergantung pada diri sendiri. Dikatakan bahwa Empat Kesunyataan
Mulia yang merupakan landasan ajaran Sang Buddha terdapat dalam diri
masing-masing manusia. Dhamma tidak terlepas dari diri manusia sendiri; manusia
perlu mencari ke dalam diri mereka sendiri dan kebenaran akan tampak.
Sebagai ajaran tertinggi abhidhamma juga melebihi
ajaran yanga terdapat pada suta pitaka dan vinaya pitaka. Dalam sutta pitaka
dan vinaya pitaka, sang Buddha menggunakan istilah – istilah konvensional
seperti manusia, binatang, benda-bend, dan sebagainya. Didalam sutta pitaka
wacana (kotbah-kotbah) di uraikan dengan cara yang lebih sederhana dan bersifat
menerangkan. Sebaliknya, dalam abhidhamma pitaka, segala sesuatu dianalisis
secara teliti dan digunakan istilah-istilah yang abstrak seperti kelompok
kehidupan (khanda) unsure (dhatu), dan landasan (ayatana).
Didalam sutta banyak mengenai peraturan dan
pembahasan. Didalam sering dibicarakan tentang individu, orang, saya, kamu,
diri, bahkan kelahiran kembali. Diri, dan sebagainya seorang yang disebut individu itu benar benar
ada. Akan tetapi, abhidhamma membicarakan realitas (paramattha dhamma ). Yaitu
fenomena kejiwaan atau fisik, walaupun hanya dalam kurun waktu yang sebentar
yang muncul dan lenyap setiap saat. Dalam pengertiam mutlak tiada sesuatu yang
dinamakan “aku”, kecuali hanya proses muncul dan lenyap bersyarat yang selalu
berubah.
Abhidhamma menyatakan bahwa tubuh manusia dari kalpa
– kalpa (satuan – satuan kelompok ) tiap kalpa merupakan satu kumpulan yang
dibentuk oleh empat unsure alam yang disebut dhatu dan beberapa turunanya.
Keempat dhatu disebut maha bhuta. Keempat maha bhuta ini ada, baik didalam jasmani atau diluar tubuh manusia dan saling
berinteraksi terus menerus.
b.
Isi abhidhamma
Abhidamma pitaka merupakan salah satu bagian dari
kitab suci tipitaka/tripitaka. Abhidhamma pitaka beserta vinaya pitaka dan
sutta pitaka mulai ditulis diatas daun-daun lontar dalam bahasa pali dalam
huruf Sinhala pada konsili atau sangha samaya yang keempat, yaitu pada sekitar
empat ratus tahun setelah sang Buddha gotama mangkat dan mencapai parinibhana,
tepatnya pada tahun 143 sebelum masehi. Walapun demikian, kitap suci abhidamma
pitaka ini dapat dijamin keotentikannya karena ditulis oleh para bhikkhu yang
telah mencapai tingkat-tingkat kesucian. Orang suci atau ariya pugala tentu
telah menembus dhamma dan telah sempurna tingkah lakunya. Dengan demikian,
mereka tidak mungkin mempunyai niat untuk menyelewengkan ajaran sang Buddha.
Jadi, ajaran yang ditulis oleh para siswa sang Buddha tentu sesuai dengan
ajaran yang telah dibabarkan oleh sang Buddha.
Kita sebagai umat Buddha tentu senantiasa berpedoman
pada kitab suci tipitaka/tripitaka. Untuk itu, kita seyogyanya mempelajari,
menghayati, dan mempraktekkan ajaran-ajaran yang termuat dalam kitab suci
tipitaka/tripitaka itu dengan sungguh-sungguh, termasuk abhidhamma pitaka yang
merupakan bagian ketiga dari kitab suci tersebut.
Tujuh kitab abhidhamma pitaka
Abhidhamma
pitaka berisi urain mengenai uraian filsafat, metafisika, dan ilmu jiwa Buddha
dhamma. Abhidhamma pitaka terdiri dari 42.000 dhammakkhandha atau pokok dhamma
dan dibagi menjadi tujuh kitab. Yaitu :
1. kitab
Dhammasangani yang secara harafiah
berarti penggolongan Dhamma
yang terbagi dalam empat bab ,berisikan penguraiaan paramattha dhamma yaitu
etika /sari batin.
2. kitab
Vibhanga menguraikan tentang pemilahan paramatha Dhamma yang terdapat dalam Dhammasangani dan
terdiri dari delapan belas bab.
3. kitab
Dhatukatha menguraikan tentang pemaparan unsur-unsur yang terdiri dari empat
belas bab.
4. kitab
Puggalapañatti menguraikan tentang penjelasan berbagai jenis orang yang terdiri dari 10 bab.
5. kitab
Kathavathu menguraikan tentang pokok-pokok pertentangan dalam bentuk tanya
jawab yang terdiri dari dua puluh tiga bab.
7. Pathana
menguraikan tentang duapuluh empat ketergantungan ( paccaya ).
a. Dhamma Sangani
Kitab
tentang perincian paramatha dhamma yang terbagi dalam empat bab sebagai
berikut;
1.Cittupada
kanda, berisikan tentag kesadaran dan satuan-satuan yang menyertainya
(cetasika)
2.Rupa
kanda, menguraikan tentang jasmani (materi/rupa)
3.Nikkhepa
kanda, berisi ringkasan
4.Atthuddhara
karida, menguraikan tentang penjelasan pandangan singkat mengenai bab-bab
terdahulu.
Buku
ini menjelaskan pula tentang 22 tikamatika (kelompok 3) dan 100 duka matika
(kelompok 2) yang berisikan tentang intisari dari abhidhamma. Sebagian besar
menguraikan tentang tiga yang pertama dari kelompok tiga yaitu tentang kusala
dhamma, akusala dhamma, dan abhyakatha dhamma. Kitab ini tercakup didalamnya 13
bhanavana (1 bhanavara = 250 syair, 1 syair = 4 baris, 1 baris = 8 huruf
dewanagari, maka 1 bhanavara terdiri dari 8000 huruf dewanagari). Oleh sebab
itu buku ini terdiri kurang lebih 104.000 huruf dewanagari.
Untuk
mengetahui secara garis besar bila kita tinjau dari bab per bab adalah sebagai
berikut:
1.Cittii
padakanda (kesadaran dan satuan-satuan yang menyertainya)
Bab
ini menguraikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Kesadaran yang
menyenangkan/menyehatkan
2. Kesadaran yang tidak
menyenangkan/tidak menyehatkan
3. Keadaan-keadaan karmis netral
1. Rupa kanda(kejasmanian)
Bab
ini merupakan satu tambahan dari bagian tiga yang berurusan dengan
keadaan-keadaan yang netral. Seperti contoh ; berkenaan dengan semua keadaan
yang netral, dan tidak hanya mengenai kejasmanian sebagai berikut: ”fenomena
manakah karmis yang netral ? akibat-akibat karma yang tergolong pada lingkungan
materi halus dan pada lingkungan tanpa materi atau pada lokuttara yang terdiri
dari perasaan, pencerapan indra, dll, lebih jauh fungsi-fungsi kirya yang
karmis netral...... lebih jauh. Semua rupa maupun unsur yang tak tercipta
(nibbana) semua barang-barang ini adalah karmis netral. Semua rupa adalah empar
unsur primer yang fisikal dan fenomena fisikal sekunder yang diturunkan
daripada primer".
Hal
yang berkenaan dengan semua rupa dan uraian terpisah kejasmanian. Uraian
masalah kejasmanian ini diuraikan dalam judul tunggal sampai sebelas judul.
1. Nikkhepakanda (ringkasan)
Bab
ini berisikan suatu penjelasan lengkap dari istilah-istilah dalam abhidhamma
dan sutta dan disusun dengan rencana-rencana itu dimulai dengan penjelasan
abhidhamma sebagai berikut:
Fenomena
manakah adalah karmis yang menyehatkan (kusala) ? Tiga akar dari karma yang
menyehatkan (kusala hetu) adalah : tanpa keserakahan, tanpa kebencian, dan
tanpa kekhayalan dan bentuk-bentuk batin yang mengikuti, lebih jauh semua karma
badaniah, ucapan dan batin yang berakar dari ketiga hal tersebut. Tiga akar dari
karma yang tidak menyehatkan meliputi Fenomena yang netral meliputi. Disusul
dengan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena yang disertai perasaan gembira
dll.
1. Atthuddhara kanda (pandangan
singkat)
Bab
ini juga sering dikenal dengan bab penjelasan singkat, dalam bab ini hanya
berkaitan dengan penjelasan abhidhamma tetapi lebih ringkas. Contoh; fenomena
manakah adalah karma menyehatkan ?. Semua yang menyehatkan dalam empat tingkat
kesadaran. Fenomena manakah yang karma tidak menyehatkan dua belas kesadaran
yang tidak menyehatkan.
b. Vibhanga
terdiri dari satu seri dari 18
risalat, atau vibhanga semuanya lengkap dalam diri mereka sendiri dan tidak
tergantung pada yang lainnya. Tiap risalat biasanya terdiri dari 3 bagian:
penjelasan secara sutta, penjelasan secara abhidhamma, dan satu bagian Tanya
jawab. 3 risalat pertamanya vibhanga dalam satu ukuran tertentu adalah
merupakan satu tambahan pada dhammasanghani, sekalian merupakan satu fondasi
untuk dhatu katha. Tiga risalat itu sementara tertuju pada satu penyelidikan
dari tiga golongan yang terpenting untuk mendapatkan pengertian sejati dari
pada falsafah Buddhis, yaitu :
15 kelompok daripada kehidupan
(khanda)
12 landasan (ayatana)
18 unsur psyco fisikal (dhatu),
sehubungan dengan tiga aspek mana di dalam dhatu katha semua fenomena dari
kehidupan dihubungkan dan dihubungkan. Disamping itu tiga golongan tersebut
membentuk pokok-pokok dari 3 bab pertama dari yamaka, sedangkan di dalam
puggala pannati 3 golongan itu mendahului daftar dari isinya (matika), Banyak pasal-pasal
di dalam vibhanga juga terdapat dalam patisambhidamagga dari kbuddaka nikaya,
ia mempunyai rupa yang sama, baik dalam isinya maupun dalam susunannya dan
kedua buku itu sering ditunjukkan dan dikutip di dalam visudhi magga.
c. Dhatukatha
d. Puggalapañatti
e. Kathavathu
f. Yamaka
g. Pathana
Paramattha dhamma.
saya tertarik dengan ajaran sang buddha,dimana saya bisa dapatkan kitab2 itu
BalasHapus